Dari Meja Ketua

Monday, 11 December 2017 10:32

Kesukaan Besar untuk Seluruh Bangsa

Written by

Kesukaan Besar untuk Seluruh Bangsa
Lukas 2:10-11

• 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
• 11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Dalam kehidupan manusia, “kesukaan” (kadang diterjemahkan “bergembira” [Luk. 6:23], “gembira” [Luk. 8:13], “sukacita” [Luk. 15:7, 10; Gal. 5:22], “bersukacita” [Yoh. 3:39]) umumnya merujuk pada kenikmatan hidup yang memberikan kebahagiaan, seperti pengalaman kecintaan seksual, kelepasan dari masalah, atau kesuksesan secara finansial.
Dalam Perjanjian Lama, kesukaan atau sukacita, nampaknya hanya difokuskan pada bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah dan orang-orang dari bangsa lain yang menganut agama bangsa Israel, seperti kelepasan dari perbudakan di Mesir dan pemulangan dari Babel ke Yerusalem (Kel. 18:9-11; Mzr. 98:4-6; Jer. 31:1-19).
Saat kelahiran Yesus, malaikat menyatakan perspektif yang berbeda tentang kesukaan. Malaikat berkata, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (2:10). Pernyataan malaikat menunjukkan bahwa kesukaan besar bukan hanya diperuntukkan kepada bangsa Israel, tetapi lebih luas, yaitu kepada seluruh bangsa. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Yesus dalam Yoh. 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini … supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya ….” Yesus tidak berbicara tentang tanah Perjanjian, yaitu Kanaan, tetapi dunia. Yesus juga tidak berbicara hanya tentang umat pilihan Allah, yaitu Israel, tetapi “setiap orang yang percaya kepada-Nya ….” Dengan demikian, perkataan malaikat benar bahwa seluruh bangsa di dunia menjadi objek dari kesukaan besar dan sumbernya adalah Allah sebagai Pemberi kesukaan atau sukacita.
Ada pun isi dari kesukaan besar adalah, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (2:11). Pernyataan malaikat menunjukkan bahwa kesukaan adalah suasana atau kondisi sukacita yang didasarkan pada kenyataan rohani, yaitu Yesus adalah Juruselamat yang telah lahir bagi seluruh bangsa. Kesukaan atau sukacita bukan bersumber pada pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan, situasi, dan keadaan yang menyenangkan atau menguntungkan, tetapi pemberian Allah di dalam Yesus Kristus kepada orang-orang percaya kepada-Nya yang memimpinnya kepada perubahan hidup secara rohani.

Demikian demikian, kesukaan besar, bukan karena kepuasan seksual, walaupun itu membuat orang yang melakukannya merasa nikmat; bukan karena kita baru menikah dan menikmati bulan madu, walaupun itu memberikan kenikmatan; bukan karena kita dapat mengalahkan orang lain, walaupun itu akan membuatkan kita senang; bukan karena memperoleh keuntungan dari apa yang kita kerjakan, walaupun itu akan membuat kita senang; tetapi karena Yesus lahir sebagai Juruselamat dalam hidup orang yang percaya kepada-Nya.
Untuk itu, setiap pribadi, dari bangsa mana pun yang memiliki Yesus, itulah pribadi yang memiliki kesukaan besar. Setiap keluarga, dari bangsa mana pun yang memiliki Yesus, itulah keluarga yang memiliki kesukaan besar. Setiap komunitas, dari kelompok mana pun yang memiliki Yesus, itulah komunitas yang memiliki kesukaan besar.
Dalam merayakan natal tahun ini, diharapkan bahwa tidak ada di kalangan orang percaya oyang menyesal karena menjadi orang Kristen. Tidak ada orang Kristen yang menyesal karena telah memiliki Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Setiap orang percaya seharusnya bersyukur Yesus telah datang ke dalam dunia adalah Juruselamat yang mengerjakan kesukaan besar dalam hidupnya.
Selain itu, bagi mereka yang dipanggil dalam pelayanan, diharapkan tidak ada yang menyesal karena dipanggil oleh Tuhan menjadi hamba Tuhan; tidak ada yang menyesal karena dipanggil oleh Tuhan menjadi guru agama; tidak ada yang menyesal karena ditabiskan menjadi pendeta, penginjil, vikaris; tidak ada menyesal karena terjun dalam ladang pelayanan; tidak ada orangtua yang menyesal karena anaknya dipanggil menjadi hamba Tuhan; dan tidak ada suami atau isteri yang menyesal karena pasangannya adalah seorang hamba Tuhan. Setiap pelayan atau hamba Tuhan seharusnya bersyukur karena Yesus yang memanggil mereka adalah sumber kesukaan besar dalam kehidupan pribadi dan pelayanan setiap hamba-Nya.

Dalam kisah kelahiran Juruselamat, berita kesukaan besar pertama-tama disampaikan oleh malaikat kepada para gembala yang sedang berada di padang menjaga kawanan ternak pada malam hari (2:8). Kesukaan besar adalah sebuah pesan terbesar yang pernah disampaikan oleh malaikat kepada dunia melalui para gembala, yaitu sebuah komunitas yang kecil dan rendah secara sosial.
Dalam Perjanjian Lama, awalanya, gembala adalah pekerjaan yang mulia. Pekerjaan pertama di dalam Alkitab adalah gembala yang dimiliki oleh Habel (Kej. 4). Para leluhur bangsa Israel, seperti Yakub, Musa dan Daud pernah menjadi gembala. Daud menyebut bahwa TUHAN adalah gembala yang baik (Mzr. 23). Tetapi pada abad pertama, pekerjaan sebagai gembala telah kehilangan kemasyurannya. Pekerjaan sebagai gembala telah menjadi satu pekerjaan yang rendah derajatnya di kalangan masyarakat Yahudi karena dianggap tidak bersih sehingga tidak mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan. Mereka mulai terlupakan.
Pada malam natal pertama, Allah mempercayakan pesan terbesar yang dikirim dari surga kepada kumpulan gembala. Mereka adalah orang-orang yang terlupakan, terhina, orang-orang rendahan. Apa respons mereka? Setelah para gembala mendengar pesan malaikat (2:9-14), mereka pergi menjumpai Maria, Yusuf, dan bayi Yesus (2:15). Ada pun sikap para gembala setelah menjumpai bayi Yesus adalah, “Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (2:20). Penekanan di sini adalah para gembala kembali “… sambil memuji dan memuliakan Allah” (ay. 20).
Untuk mengalami sukacita besar, yang wujudnya memuji dan memuliakan Allah, para gembala tidak mengganti profesi mereka untuk mengalami sukacita besar. Mereka adalah gembala yang kembali ke tempat mereka untuk bekerja dan tetap dalam profesi mereka sebagai gembala, “… sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka” (ay. 20).

Bagi kita sebagai orang percaya saat ini, jangan kita berpikir bahwa untuk mengalami kesukaan besar dan bisa memuji serta memuliakan Tuhan, harus mengganti panggilan yang telah kita terima. Jangan kita beranggapan bahwa dengan penghasilan yang lebih besar, baru mengalami kesukaan besar serta memuji dan memuliakan Allah. Dalam pelayanan-pelayanan yang kita laksanakan, jangan kita berpikir bahwa dengan beralih dari pendeta menjadi pengusaha, baru kita dapat memuji dan memuliakan Allah. Atau jangan kita menganggap bahwa dengan berubah status dari penginjil/vicaris menjadi pendeta, dari asisten gembala menjadi gembala, dari bawahan menjadi atasan, dari pengkhotbah lokal menjadi pengkotbah nasional, dari gembala gereja kecil menjadi gembala gereja besar, dari tempat kering pindah ke tempat basah, baru kita mengalami kesukaanserta dapat memuji dan memuliakan Allah. Tidak demikian. Kita memuji dan memuliakan Allah karena Yesus yang menyelamatkan dan memanggil kita menjadi hamba-Nya adalah Juruselamat yang hidup di dalam kita.
Kiranya melalui tahun ini, kita diingatkan bahwa siapa pun anda dan saya, dari mana pun asalnya, dan apa pun panggilan pekerjaan dan pelayanan yang kita laksanakan, dan di mana mun kita bekerja dan melayani, kita dapat dan tetap memuji dan memuliakan Allah karena Yesus adalah Juruselamat kita yang telah memanggil kita menjadi hamba-hamba-Nya dan yang telah mengerjakan kesukaan besar bagi kita. Dengan sukacita kita akan menjalani kehidupan Kristen kita dan dengan sukacita pula kita melaksanakan segala tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan kepada kita.
Untuk itu, marilah kita lebih setia mendekatkan diri dengan Yesus dan konsisten membangun keintiman rohani dengan Dia agar kesukaan besar menjadi sempurna dalam diri kita dan akan memotivasi kita untuk terus memuji dan memuliakan Dia dalam segala aspek kehidupan kita. Tuhan memberkati kita semua.

Selamat Natal, 25 Desember 2017 dan Menyongsong Tahun Baru, 1 Januari 2018.

Makassar, 10 Desember 2017
Hormat saya,


Peniel C. D. Maiaweng

Read 29322 times

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.

Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar

Jl. G. Merapi 103 Makassar, 90114

Sulawesi Selatan, Indonesia

Email: sttjaffray@yahoo.com

Telp. 0411-3624129

Fax. 0411-3629549

Kontak Pascasarjana

Email: pascasarjana.sttj@ymail.com
Telp/Fax. 0411-3619757

© 2024 STFT Jaffray Makassar. All Rights Reserved.