Katalog Buku

CIUMAN ILAHI DI PEMBARINGAN MITAT NESHIQAH EKSEGESIS PaRDeS KITAB KOHELET

 Judul: CIUMAN ILAHI DI PEMBARINGAN MITAT NESHIQAH EKSEGESIS PaRDeS KITAB KOHELET

Penulis: Wahyoe Rita Wulandari

ISBN:

Penerbit: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Tahun:  2025

Sinopsis:

Shalom Aleykhem beshem Adoneynu Yeshua Hamasiakh,

Ciuman Ilahi di Pembaringan - מִטַּת נְשִׁיקָה - MITAT NESIQAH adalah kematian bermartabat yang dirindukan orang-orang beriman. Untuk mencapai kematian dengan cara ini, secara tradisi orang-orang Yahudi menyambut setiap musim gugur pada hari raya סֻכּוֹת - SUKOT (Hari Raya pondok Daun), setiap tanggal 15 Tishri kalendar Yahudi membacakan isi kitab קֹהֶלֶת – QOHELET/ KOHELET, kitab Filsafat Kematian sekaligus kitab pengajaran yang indah yang merayakan kehidupan. Kitab Kohelet adalah filsafat kematian yang paling awal, mencatat renungan-renungan tentang singkatnya waktu kehidupan di bumi, dan kemudian menghadapi kematian tubuh, nyawa setiap manusia pada gilirannya akan terlepas dalam sekejap bagai setarikan nafas  – הָבַל – HAVEL.

Buku ini memberikan penekanan pembahasan pada beberapa makna dari kata-kata Ibrani yang sering disalah-pahami. Salah satunya yang terpenting adalah kata הָבֶל – HAVEL atau  הֶבֶל – HEVEL, dalam bahasa terjemahannya sebagai suatu “kesia-siaan hidup.” Kesalahpahaman ini akibat proses alih terjemahan bahasa yang tidak mewakili makna kata dalam bahasa aslinya (lost in translation proses kendala bahasa yang membuat makna yang terkikis akibat terjemahan). Terdapat 38 kata Ibrani  הָבַל – HAVEL dalam Kitab Kohelet, keseluruhannya oleh LAI, KJV, NIV, dan ESV diterjemahkan “sia-sia, futility, vanity,” ini sebagai contoh kesembronoan terjemahan yang tanpa pendalaman secara hati-hati terhadap makna bahasa asli, dan yang membuat banyak pembaca menganggap kitab Kohelet adalah kitab orang yang frustrasi – yang menganggap segala sesuatu sia-sia, tidak menyukai hidup. Pesan kitab Kohelet bukan mengenai Filsafat pesimisme. Munculnya kata terjemahan dalam makna yang menyimpang ini memunculkan anggapan yang menyimpang pula dari tema besar Kitab Kohelet. Hal tsb. terjadi akibat proses penerjemahan yang “lost in translation” dari makna bahasa aslinya dan menyimpang jauh dari pesan hikmat dan pesan rohaniah sang penulis, שְׁלֹמֹה הַמֶּלֶךְ SHELOMOH HAMELEKH - Raja Salomo.

Untuk menggali keindahan kitab Kohelet ini, pembahasan ayat-ayat-nya dalam buku ini dikupas dengan metode eksegesis Yahudi PaRDeS (singkatan dari: Peshat-literal, Remez-alegoris, Derash-penggalian ayat secara mendalam dan perbandingannya dengan ayat yang lain, dan Sod- arti isoteris). Pada ayat-ayat tertentu, pada tahapan Derash, dibahas pula dengan metode yang berdasarkan tujuh azaz (middot) Rabbi Hilel.

Alegori Kain dan Habel, merupakan topik utama Kitab Kohelet. Durasi hidup manusia itu terbatas, singkat bagai setarikan nafas הָבֶל – HAVEL (seperti nama Putera Adam kedua “Habel”), umurnya pendek, dia terbunuh oleh Kain (Ibr. קַיִן - QAYIN, artinya: milik, possession). Demikianlah kehidupan manusia yang hanya sementara saja di bumi, namun dia dikuasai ego-nya untuk keinginan bahkan ketamakan untuk “memiliki sesuatu, possession” yang tak henti di sepanjang hidupnya. Itulah yang membuat manusia terhilang dari hadapan Tuhan. Sehingga, cara kembali kepada Tuhan adalah dengan meneladani keimanan אַבְרָהָם אָבִינוּ - AVRAHAM AVINU, yang berserah dan setia mengikuti panggilah Tuhan, mulai dari perjalanan dari Ur-Kasdim, Haran, hingga menuju Tanah Perjanjian. Sehingga, saya yakin ini bukan suatu kebetulan jika Tuhan memberikan jalan dan kesempatan bagi saya menulis bagian akhir buku ini di wilayah Mesopotamia/ Aram Naharayim ini. Dari wilayah ini, saya mengajak kita semua berkemas-kemas, menyelesaikan hidup kita dibumi dengan tanggung-jawab kepada sesama dan kepada Tuhan untuk menuju Kekekalan di Langit Baru dan Bumi yang Baru.

Kitab Kohelet/ Pengkhotbah ditulis oleh raja Salomo pada masa tuanya sebagai wasiat besar seorang guru bangsa kepada Israel turun temurun. Kitab Kohelet adalah sebuah alegori Kain dan Habel, Habel (yang artinya nafas Habel - הָבֶל – HABEL, He-Bet-Lamed, putera Adam,yang berumur singkat karena dibunuh oleh Kain (Ibr. קַיִן – QAYIN, artinya: kepemilikan). Kitab ini dalam kategori Kitab Filsafat Kematian untuk latihan mati. Semua manusia memiliki problema seperti Habel yang masa hidupnya sesingkat tarikan nafas, yang segera meninggalkan kepemilikannya (Kain) di bumi. Sehingga dalam tradisi Yahudi, isi kitab ini dibacakan pada salah satu hari raya besar, pada hari raya Sukot (Ibr. סֻכּוֹת - SUKOT - Hari Raya Pondok Daun) yang jatuh pada musim gugur yang merujuk pada musim gugurnya manusia pada masa tuanya yang akan segera menghadap  אֱלֹהֵינוּ מֶלֶךְ הָעוֹלָם - ELOHEYNU MELEKH HAOLAM, Allah Sang Raja Semesta di akhirat (Ibr. אַחֲרִית – AKHARIT, afterlife).

Tampaknya, hanya kitab Kohelet di antara kitab-kitab lainnya di dalam Kitab תנ"ך – TANAKH Ibrani yang membahas secara jelas dan penuh hikmat pada persiapan manusia yang di bawah matahari ini – תַּחַת הַשָּׁמֶשׁ – TAKHAT HASHEMESH untuk menuju pada pembaringan terakhirnya dan secara sempurna mencapai kehidupan di alam selanjutnya di אַחֲרִית – AKHARIT – akhirat - afterlife. Ungkapan אַחֲרִית – AKHARIT atau  אַחֲרָיו – AKHARAV atau אַחֲרָי – AKHARAI – akhirat - afterlife ini digunakan oleh Kohelet sebanyak sepuluh kali (Pkh. 2:12, 18; 3:22, 6:12, 7:8,14, 9:3, 10:13-14; dan12:2), tentu ada maksudnya. Angka sepuluh - עֶשֶׂר - 'ESER - dalam filsafat leterisme Yahudi Gematria (Ibr. גִּימַטְרִיָּה - GIMAT'RIYAH), adalah simbol kesempurnaan absolut.  Kata-kata dari akar kata אַחַר – AKHAR ini juga sering mendapatkan kasus “lost in translation,” sehingga kitab Kohelet tidak dipahami sebagai buku Filsafat Kematian yang membicarakan afterlife/ akhirat, sehingga setiap pembacanya dapat menghayati arti hidupnya yang berdurasi singkat הָבֶל – HAVEL bagaikan setarikan nafas ini harus diisi dengan karya dan kebaikan bagi sesamanya dan lingkungannya.

 Buku ini sengaja berisi 10 Bab, bukan kebetulan. Angka “sepuluh” (Ibr. עֶשֶׂר - 'ESER) dalam Gematria (ilmu angka) Ibrani, merupakan simbol angka sempurna yang absolut. “Sepuluh,” beserta perkaliannya, sering muncul karena sistem desimal dipakai di Alkitabmenandakan kesempurnaan, completeness. Kitab Kohelet, adalah pembelajaran kehidupan untuk menuju proses kesempurnaan pada pemahaman, pengenalan, dan perilaku kita yang bertanggung-jawab pada Tuhan dan sesama manusia. Kitab Kohelet kitab Filsafat Kematian yang dibaca pada Musim Gugur untuk merayakan kehidupan di hari raya Pondok Daun - סֻכּוֹת – SUKOT yang merupakan waktu kesukaan kita - זְמַן שִׂמְחַתֵנוּ – Z'MAN SHIM'KHATENU. Kitab Kohelet mengajarkan satu gaya hidup – Happiness is to be found in being, not in having. Hidup itu ada batasannya, kebahagiaan dan ekspresinya ada ukurannya. Marilah hidup dalam kebijaksanaan, dan tanggung-jawab, dengan memahami/ menyadari batasan umur setiap manusia yang havel – singkat bagai setarikan nafas.

Hidup itu indah, maka rayakanlah.

Kematian adalah keniscayaan, maka bersiaplah.

Kematian bukan hal yang perlu diratapi dan dikuatirkan. Kesempurnaan di Kekekalan akan segera kita songsong pada waktu kita masing-masing. Ibarat kita semua adalah orang yang sedang antre untuk dipanggil pulang ke Rumah Bapa. Kitab Kohelet mengajak umat untuk rela menerima sisi הָבַל – HAVEL dalam dirinya, yaitu kefanaan dirinya yang pasti suatu saat akan mati dan “nafas”-nya, yaitu “Havel”-nya akan berlalu dan buihnya hilang dalam sekejap tanpa bekas bagai setarikan nafas.

Mari kita semua bersiap menghadapi dengan rela bahwa kematian sebagai jalan masuk kepada babak baru di keindahan kekekalan, yaitu di עוֹלָם הַבָּא - OLAM HABA, di Langit Baru dan Bumi yang Baru (LB3) - שָׁמַיִם חֲדָשִׁים וְאֶרֶץ חֲדָשָׁה - SHAMAYIM KHADASHIM VE'ERETS KHADASHAH (Yes. 65:17, 2 Pet. 3:13, Why. 3:12, 21:1,5).

Amin.

Ur Kasdim - אוּר כַּשְׂדִּים, Urfa – East Turkey

Autumn, 9 Heshvan 5785 -10 November 2024

בברכה

Dr. Rita Wahyu Wulandari

Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray, Makassar

Lecturer in Biblical Hebrew Studies - Israel Bible Center

Email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Kebijakan dan Pedoman Perlindungan Anak

Judul: Kebijakan dan Pedoman Perlindungan Anak

Penulis: Pdt. Dr. Tri Supartini, M.Th, Pdt. Elisabet Selfina Ronda, M.Th, Pdt. Ivone Petti Palar, MA, Amy P. Luthy, B.G.S., GCDiv., M.Ed(TESOL)

ISBN: 9786238926510

Penerbit: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Tahun:  2024

Sinopsis:
Kebijakan Perlindungan Anak ini menjadi satu bagian dari strategi GKII menuju Gereja Ramah Anak, khususnya bagaimana menjadi gereja yang Aman dari kekerasan. Realitasnya masih banyak anak yang dilanggar dan terbaikan haknya. Mereka menjadi korban dari berbagai bentuk kekerasan, pelecehan, eksploitasi, dan diskriminasi. Situasi tersebut menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap anak karena anak belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak membutuhkan perlindungan yang memadai dari semua pihak. Pengurus Pusat, Wilayah, Daerah, Jemaat, pengurus sekolah minggu dan remaja perlu memiliki komitmen untuk melindungi dan kesamaan cara pandang, serta berinteraksi yang sehat dengan anak.

 

THE HIDDEN HEBREW IN INDONESIAN:  500 Roots Found in the Language of Eden

Judul            : THE HIDDEN HEBREW IN INDONESIAN: 500 Roots Found in the Language of Eden

Penulis          : Dr. Wahyoe Rita Wulandari & Prof. Isaac E Mozeson

ISBN             : 978-623-89265-0-3

Penerbit        :  Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Tahun           :  2024

Synopsis

It was the strongman or tyrant Nimrod who ordered the building of the Tower of Babel. It would be the administrative centre for all humans in his one-world government where Man would rule, not a meddlesome God with rules and deadly floods. A super-ziggurat or step-pyramid allows people to be higher than any flood, above punishment. Charismatic dictators are stopped by language barriers. The one-world language sounds good, but it is a dangerous tool when weaponized.

In Genesis 11, we read how the Lord took our one language (verse 1), the Language of Eden gifted only to Mankind, the Chosen species, and diversified it. The 72 original language families continued to break up, now naturally, so that we got to 6,000 dialects. Believers have an excellent idea of WHY it happened, but only since Edenics do we know HOW this breakup happened. 

One of the series of divisions in Genesis 1 involves the seas and the one “Dryness”, the single continent (Pangea). Splitting up the languages made people want to walk many miles to get far from the babbling idiots of the other language-based tribes. Walk ?! Yes, Sumer (Shinar in Hebrew), is central, walking to Southern Argentina or Northern Siberia was easy. Flood-made streams became rivers, then oceans, as the continents drifted apart. Related camels, plants and humans were allowed to adapt to new environments. Some dark Hamites became Australians.

Professor Isaac E. Mozeson’s diverse, global Edenics Team worked for 30 years, documenting Earth’s original language, everyone’s Mother Tongue of Eve. This language is called Edenic, more inclusive and accurate than “Hebrew.”  Hebrew is mistaken for a Late Bronze Age innovation by the first Hebrew, Abraham. But this Chaldean monotheist was told to go to Canaan (Gen. 12), to Noah, son Shem or Melchizedek, and especially grandson Ebher who mainly taught him the Language of Eden downloaded to Adam 1, a language they didn’t lose. Hebrew is named from Ebher. The Jews preserved Biblical Hebrew and Aramaic, but no human invented it.

Indonesian is Austronesian.  As the most populous Muslim country, Indonesia has borrowed many life-cycle and religious words from Arabic. This exposition on Indonesian words' divine, Biblical roots will occasionally treat a significant word borrowed from Arabic or English.  

Dr. Rita Wahyu Wulandari studied Hebrew for years but was immediately taken to Edenics. She is a highly creative and successful Christian minister who understands that our Creator blessed various peoples with spiritual paths appropriate to their culture and time. Different faiths were inevitable, but our beliefs in religious exclusivity may not survive the coming era of the Mahdi, Messiah or Moshiach. Zephaniah 3:9 predicts a growing together of faiths in the End Time. It is the recovered Language of Eden that could be the treasured unifier for all of us children of Adam and Eve, whether Muslims, Christians, Jews, others, or those of no spiritual path at all.

Promotion:

THE HIDDEN HEBREW IN INDONESIAN:
500 Roots Found in the Language of Eden

Rita Wahyu Wulandari & Isaac E. Mozeson
Desain Cover: Andre Yuris, Nera Etnica
Publisher: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
In Association with EDENICS, Sarapanpagi Biblika Ministry & Israel Bible Center

ISBN: 978-623-89265-0-3
Hard Cover, 146 pages
@ Rp. 300,000.--
The Book will be ready in September 2024

Information & Preorder, Whatsapp:
Rina: 081217180008
Jessica: 087781486698

 

 

Pengantar Perjanjian Baru

Judul               :  Pengantar Perjanjian Baru

Editor             :  Rev. Christopher J. Luthy, Ph.D, Pdt. Dr. Robi Panggara, M.Th

Penerbit           :   Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

ISBN                :  978-623-95288-3-6

Tahun              :   2021

Sinopsis Buku

Kenapa kita perlu Pengantar Perjanjian Baru? Memang sudah ada banyak buku Pengantar Perjanjian Baru, tetapi ada masalah dengan buku-buku tersebut bagi mahasiswa S1 kita, di mana ada terlalu banyak info yang agak membingungkan bagi mereka. Informasinya yang terlalu mendalam untuk mahasiswa S1, membuat mereka mengalami kebingungan saat membaca buku-buku tersebut. Oleh karena itu, Pak Chris dan saya ingin menyusun suatu buku Pengantar Perjanjian Baru yang lebih sesuai untuk mahasiswa kita, khususnya yang ada di dalam program S1. Kami memilih untuk memberikan informasi dasar yang sama untuk setiap kitab Perjanjian Baru, agar mahasiswa dapat belajar dengan lebih sistematis.

Harapan kami dengan hadirnya buku ini, hal ini akan membangkitkan minat baca mahasiswa serta menolong mahasiswa program S1 untuk mendapatkan suatu pengantar Perjanjian Baru dan dapat memahami hal-hal dasar untuk setiap kitab dalam Perjanjian Baru.

Page 1 of 2

Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar

Jl. G. Merapi 103 Makassar, 90114

Sulawesi Selatan, Indonesia

Email: [email protected]

Telp. 0411-3624129

Fax. 0411-3629549

Kontak Pascasarjana

Email: [email protected]
Telp/Fax. 0411-3619757

© 2025 STFT Jaffray Makassar. All Rights Reserved.